Jalan Yang Terbaik
By: M. Agus Syafii
Cinta yang hakiki sekalipun penuh onak dan duri selalu memiliki jalan yang terbaik, jalan yang terindah bila dilalui dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk melewati semua rintangan karena cinta yang hakiki hanya untuk meraih keridhaan Allah. Sebagaimana seorang bapak dengan kedua anak laki-lakinya dan istri dalam mengarungi bahtera kehidupan. Diusianya yang separoh baya mendapatkan cobaan, dirinya dihinggapi sakit darah tinggi, kepalanya mudah pusing ditambah lagi dengan diabetes. Oleh dokter disarankan agar menjaga kesehatan sebab bila tidak, akan menimbulkan penyakit berbahaya yaitu stroke. Ia berupaya untuk menjaga kesehatan namun kesibukan kantor dan makan tidak beraturan sehingga terjatuh dari kursi kantor, terserang stroke. Untunglah rumah sakit tidak jauh dari kantornya sehingga tidak terjadi kelumpuhan. Namun kondisi itu menyebabkan dirinya tidak bisa melaksanakan tugas sebagai suami. Istrinya memang setia, tidak pernah mengeluh dan selalu mensyukuri apapun bila membawa rizki yang dibawanya pulang ke rumah.
Pada suatu hari bagaikan tersambar petir disiang bolong dikejutkan istrinya meminta bercerai, dengan alasan bahwa dirinya sudah tidak sanggup menahan derita, gejolak batin tak terpenuhi. Mendengar penuturan istrinya, ia hanya bisa duduk diam dan membisu. Pikirannya berkecamuk, ia hanya bisa pasrah. Ia masih menyayangi istri dan anak-anaknya. Air matanya meleleh, dengan berat hati dirinya menyanggupi permintaan istrinya. Ia menyakinkan dirinya bahwa perjalan hidup manusia ditentukan oleh Allah. Sebagai suami, dirinya telah berupaya melaksanakan tugasnya dengan baik, mencari nafkah, mendidik anak-anak, menyayangi istri dengan setulus hati namun Allah memberikan ujian dan cobaan dengan sakit yang dideritanya. Mau tidak mau, siap ataupun tidak, dirinya hanya bisa menerima ketetapan Allah. "Bila Allah, tidak menghendaki kami berpisah maka Allah akan semakin menguatkan rumah tangga kami," tuturnya terdengar lirih.
Syukur alhamdulillah, ditengah sakitnya darah tinggi dan diabetes yang dialaminya, imannya masih kokoh. Sholat fardhu masih dilaksanakan dengan tekunnya sehingga ditengah kegundahan, kekecewaan dan kesedihan ditumpahkannya dalam doa yang dipanjatkan setiap sepertiga malam agar keluarganya mampu melewati semua cobaan & ujian yang Allah berikan pada dirinya dan keluarganya. Ditengah pukulan cobaan yang begitu berat, beliau berkenan untuk bershodaqoh di Rumah Amalia memohon keridhaan Allah agar membukakan pintu hati istrinya untuk membatalkan tuntutan cerainya. Dua anak laki-lakinya memberikan semangat, cinta dan kasih sayang mereka terus menerus mengobarkan semangat hidup untuk dirinya. Ia bersyukur karena anak-anaknya ditengah konflik ayah dan ibunya mampu menjadi penyejuk hati bagi keduanya.
Sepekan kemudian, ketika istrinya datang menjenguk dirinya dan kedua anak laki-lakinya berlarian memeluk sang ibu. Ibunya mencium pipi kedua anak itu. Anaknya yang bungsu menangis, "Mamah, jangan bercerai dengan Papah ya Mah, baikan lagi ya..Ya Mah?" Mendengar permintaan anakny, membuat terdiam membisu seribu bahasa. Tak kuasa ibunya menahan air mata, menanggukkan kepala memenuhi permintaan sang buah hatinya. Istrinya menghampiri dirinya dan memeluk "Maafin Mamah.." ucap istrinya dengan mengusap air mata yang berjatuhan dipipinya, keduanya menangis berderai air mata. Kedua anak-anaknya berlarian penuh kegirangan memeluk mamah dan papah mereka. Istrinya memilih untuk membatalkan niatnya untuk berpisah. Berkumpul bersama suami dan anak-anaknya adalah kebahagiaan bagi dirinya sebagai seorang istri yang sholehah, inilah jalan yang terbaik yang telah dipilih untuk menggapai keridhaan Allah.
Wassalam,
M. Agus Syafii
0 komentar:
Posting Komentar